Sabtu, 25 April 2020

Review Buku Struktur Sosial

Judul Buku      : Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir
Pengarang       : Arif Satria
Penerbit           : Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit    : 2015
Tebal Buku      : xii + 150 halaman
ISBN                : 978-979-461-935-3
Buku ini diterbitkan atas kerja sama antara Fakultas Ekologi Manusia Institut Pertanian Bogor (IPB) dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Dengan tebal kurang lebih 150 an halaman, membuat buku ini menjadi salah satu buku yang bisa dibilang ringan untuk dibaca. Meskipun di dalamnya terkandung banyak fakta-fakta menarik seputar kehidupan masyarakat pesisir. 
Ditulis dengan bahasa yang lugas dan mudah dipahami, merupakan salah satu kelebihan dari buku ini. Sesuai judulnya yakni "Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir", bab per bab yang terkandung di dalamnya pun memuat hampir semua komponen dan bagian dari kehidupan masyarakat pesisir di Nusantara. Bab per bab juga disusun rapi sedemikian rupa, dan membahas hampir secara rinci semua komponen dari kehidupan masyarakat pesisir. 
Mulai dari pendahuluan, karakteristik sosial, struktur sosial, dinamika perubahan teknologi perikanan dan formasi sosial, konflik-konflik masyarakat pesisir, kemiskinan, pengelolaan sumber daya perikanan berbasis masyarakat, hingga pemberdayaan masyarakat pesisir. Dalam bab 2 sendiri diberikan contoh mengenai karakteristik sosial masyarakat maritim, yang dapat dilihat melalui empat aspek, diantaranya adalah sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, peran perempuan, struktur sosial, dan posisi sosial nelayan. 
Dalam aspek sistem pengetahuan, dijelaskan dengan beberapa contoh dari beberapa daerah di Nusantara, diantaranya adalah sistem kalender dan penunjuk arah dengan menggunakan rasi bintang tertentu di Kirdowono dan konsep Perbani dan pemeliharaan sampan dengan pengasapan badan dengan cara membakar daun nipah ala Suku Laut. Berlanjut kepada aspek-aspek selanjutnya, bahkan bab selanjutnya dijelaskan oleh Arif Satria dengan menggunakan bahasa yang lugas dan ringkas, sehingga mudah untuk dipahami dan dipelajari. Dengan menggunakan metode penjelasan disertai dengan contoh, menurut saya, membuat pembaca lebih mudah memahami apa yang disampaikan oleh penulis. 
Begitu pula dengan buku dari Arif Satria ini, penelitian beliau yang sebelumnya telah mendalam di bidang sosiologi masyarakat pesisir Nusantara memudahkan beliau untuk memaparkan contoh-contoh konkrit yang terjadi di masyarakat pesisir berbagai penjuru Nusantara. Mulai dari nelayan Suku Laut, Kirdowono, Wonokerto Pekalongan, Madura, dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam buku ini.

Judul:Dinamika, Struktur Sosial dalam Ekosistem Pesisir
Pengarang:Edi Susilo
Penerbit:Universitas Brawijaya Press
Tempat Terbit:Malang, Indonesia
Tahun Terbit:2010
Jumlah Halaman:xxix, 222 hlm
ISBN:978-979-8074-47-9
Edi Susilo sebagai sosok yang awalnya bergelut dalam dunia eksakta lalu melompat ke kolam ilmu sosial hingga kembali lagi ke ranah lamanya tetapi tidak melupakan aras sosialnya adalah profil ilmuwan yang mampu memadukan antara bidang perikanan, pertanian, dan sosiologi dalam karya disertasi yang akhirnya ia bukukan dengan judul sebagaimana yang tertera di atas. Tidak banyak hal yang peresensi ketahui tentang penulis buku ini selain hal umum yang diinformasikannya pada salah satu halaman tentang biodata singkat dirinya yang menggambarkan betapa karya ini menyodok sejarah panjang perjuangan masyarakat dalam menghidupi diri dan komunitasnya, sebagai salah satu cara untuk memahami dinamika yang ada, sehingga tercipta gambaran yang utuh nan penuh kehati-hatian untuk nantinya tiba pada kesimpulan yang merupakan inti dari apa yang dilihat dan didengar oleh penulis buku. Buku yang berbilang ringkas ini khas nuansa karya tulis di perguruan tinggi, yakni memiliki bab-bab yang menjelaskan kedudukan ilmu dan posisi penulis, dalam upayanya membedah fenomena masyarakat pesisir di Jawa Timur.
Buku ini dihantarkan oleh seorang pakar sosiologi yang bernama Prof. Dr. Ir. Keppi Sukesi, M.Si, yang dalam bahasannya menyambut karya tersebut sebagai salah satu karya yang ditulis dengan metode yang tidak lazim yakni kualitatif positivistik yang menurut peresensi dalam penggambarannya laksana minyak dan air tetapi nyatanya bisa diselaraskan untuk menjelaskan kenyataan sosial, hal ini terwujud karena adanya studi sejarah sosial yang menggunakan model analogi hingga akhirnya tercipta konstruksi proses dinamika masyarakat yang apik. Lebih lanjut Keppi Sukesi menjelaskan bahwa konstruksi teori yang disajikan adalah dengan melakukan sintesis antara teori evolusi dengan berbagai teori tentang struktur sosial atau dengan mengambil salah satu komponen teori tertentu lalu dikembangkan dengan cara memberikan kritik tentang pemetaan teori yang bersifat statis ke dalam pemetaanyang bersifat dinamis dalam menjelaskan dinamika yang ada di dalam masyarakat.
Buku ini tersusun dengan aplikasi yang mutakhir karena adanya halaman persembahan, halaman ucapan terima kasih, pengantar dari ilmuwan, daftar isi, daftar tabel, daftar gambar, daftar lampiran, daftar simbol singkatan dan definisi, lampiran tentang alat-alat bantu dalam penelitian atau tentang penjelasan sesuatu yang sangat panjang sehingga agak mengurangi keasyikan pembaca jika ditempatkan di tengah halaman buku, indeks, daftar pustaka, dan daftar riwayat hidup.
Dari hasil turun lapangan yang dilakukan oleh penulis buku, terungkap bagaimana dinamika dan struktur sosial pada ekosistem di wilayah pesisir dusun Karanggongso yang terletak di teluk Prigi, sebuah pantai di selatan Kabupaten Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Karanggongso di buku ini digambarkan dalam tiga masa yakni masa isolasi pada tahun sebelum dan hingga sampai 1975, masa terbuka satu antara tahun 1976 sampai 1990, dan masa terbuka dua antara tahun 1991 sampai 2008. Penyebab utama perubahan struktur adlah masuknya unsur-unsur pembentuk dari luar, juga karena meningkatnya akses masyarakat terhadap perubahan di lingkungan lokal. Dinamika kapasitas ruang struktur sosial di ekosistem pesisir karanggongso selama masa pengamatan secara umum dapat dijelaskan dengan dua indikator yakni ketersediaan peluang bekerja dan berusaha, dan tingkat aksesibilitas individu di dalam pengeloaan dan pemanfaatan sumberdaya. Dimensi kultural yang nampak adalah adanya gotong royong saling membantu satu sama lainnya, sedangkan dimensi relasional nampak pada toleransi terhadap perbedaan pengelolaan sumberdaya pesisir dengan catatan tidak mengancam struktur yang telah lama ada. Titik kritis yang terjadi pada masyarakat di lokasi penelitian terjadi manakala masyarakat tidak lagi memiliki kemampuan untuk melakukan akses kepada sumberdaya alam yang dapat mereka kelola.
Secara umum, buku ini sangat nikmat untuk dikonsumsi, walau untuk ukurannya sebagai literatur seringkali membuat pembaca menjadi penat untuk memaknai arti kata atau kalimat, tetapi dengan gaya penulisan yang menyertakan penuturan langsung informan dari lapangan, serasa membuat pembaca bercakap langsung dengan masyarakat yang di Karanggongso, pantas menurut peresensi jika buku ini direkomendasikan tidak hanya kepada mereka yang hendak menyusun karya disertasi saja, tetapi juga kepada mereka yang baru berkenalan dengan dunia sosiologi.




Tidak ada komentar:

Posting Komentar