BAB
2
METODE-METODE DALAM KAJIAN SEJARAH SOSIAL
METODE-METODE DALAM KAJIAN SEJARAH SOSIAL
Metode adala cara atau prosedur untuk mendapatkan obyek.
Dalam pengertian yan lebih sederhana dan umum, metode adalah cara untuk
melakukan sesuatu dalam satu kegiatan yang terencana. Apabila kita menempatkan
metode dalam konteks penelitian sejarah, maka seorang sejarawan harus
menggunakan metode yang tepat dalam kegiaatn penelitiannya. Bab ini memaparkan
metode kualitatif, metode kuantitatif, pendekatan-pendekatan dalam penelitian
sejarah sosial serta beberapa model penelitian yang dapat dijadikan acuan.
Penelitian
kualtatif merupakan diskusi atau “diskursus” sehingga sulit didefinisikan
dengan jelas. Penelitian kualitatif tidak memiliki metode atau paradigm
tersendiri, penelitian ini menggunakan semiotic, narasi, isi, diskursus, arsip,
analisis fenotik, statistic, etnometodologi, fenomenologi, hermeneutic,
feminism, dekonstruksionisme, etnografis, wawancara, psikoanalisis, studi
budaya, dan pengamatan partisipatoris.
Cara
kerja penelitian kualitatif tak pelak menuai cibiran dari peneliti kuantitatif.
Peneliti kualitatif diejek sebagai “soft
scientist” dan karya mereka dianggap bas lantaran dipandang berisi pendapat
pribadi. Konsep pengertian penelitian kualitatif pada dasarnya menunjuk dan
menekankan pada proses, dan berarti tidak diteliti secara ketat atau terukur,
dilihat dari kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi.
Metode
Kuantitatif, sebagaimana namanya ialah suatu metode yang mendasarkan pada
kuantitas atau jumlah. Oleh karenanya metode kuantitatif selalu berkaitan erat
dengan angka-angka . sejarah kuantitatif atau yang sering disebut juga sebagai
“quantohistory” atau sebutan lainnya “cliometrics” terdiri atas beberapa bentuk. Metode
kuantitatif juga memiliki cara kerja yang kompleks. Metode kuantitatif juga
memiliki kekurangan-kekurangan tersendiri, beberapa kekurangan tersebut antara
lain:
1. Sumber data tidak seakurat dan seobyektif yang diasumsikan
2. Kesulitan membedakan fakta keras (hard fact) dengan fakta lunak (soft fact).
1. Sumber data tidak seakurat dan seobyektif yang diasumsikan
2. Kesulitan membedakan fakta keras (hard fact) dengan fakta lunak (soft fact).
Model
Evolusi menunjukan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah
masyarakat berdiri hingga menjadi masyarakat yang kompleks. Model evolusi untuk
menunjukkan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat itu
berdiri sampai menjadi sebuah masyarakat yang kompleks. Model evolusi
menjelaskan bahwa semakin jauh waktu berjalan, semakin kompleks kehidupan
masyarakat.
Di
Indonesia, model penulisan yang mengikuti dari awal pertumbuhna suatu kota
merupakan pekerjaan yang tidak dapat disebut dengan mudah. Misalnya melihat
evolusi dari sebuah desa yang semakin ramai menjadi kta hamper tidak mungkin.
Namun dengan demikian peluang terbuka pada kota-kota yang dengan sengaja
didirikan seperti Batavia yang kemudian menjadi Jakarta, atau kota-kota pelabuhan,
kota-kota stasiun kereta api dan semacamnya dapat dtulis dengan model evolusi
ini.
Model
Lingkaran Sentral menulis mulai dari titik yang sudah menjadi. Setiap penulisan
yang bertolak dari titik sejarah di tengah-tengah demikian biasanya selalu
mulai dengan lukisan sinkronis tentang masyarakat tersebut, barulah kemudian
secara diakronis ditunjukkan pertumbuhannya.
Dalam
sejarah Indonesia agak sulit mencari peristiwa yang sepadan dengan model
lingkaran sentral, karena perkembangan sejarah Indonesia banyak ditentukan oleh
kekuatan-kekuatan di luar , seperti imperialism.
Model
Interval merupakan kumpulan dari lukisan sinkronis yang diurutkan secara
kronologis sehingga nampak perkembangannya. Model interval berguna manakala
kita menemukan keterangan dari suatu periode tertentu tentang masyarakat
tertentu.
Model
Tingkat Perkembangan merupakan penerapan dari teori perkembangan masyarakat
yang diangkat dari sosiologi. Smelser mendekati Revolusi Industri sebagai
sebuah ilustrasi dari sebuah model konseptual yang formal dan eksplisit yang
diambil dari pemikiran sosiologis. Smelser adalah structural differentiation,
yaitu proses semakin meuju ke arah spesialisasi.
Smelser
menggunakan model tujuh tingkat untuk menerangkan perkembangan-perkembangan. Tingkat
pertama adalah adanya ketidakpuasan dengan peranan yang sudah dilembagakan,
atau dengan organisasi dari peranan itu sendiri. Tingkat kedua, gejala yang
bersumber pada ketdakpuasan itu, seperti kekhawatiran,permusuhan, dan fantasi
tentang keruntuhan. Tingkat ketiga adalah penanganan dan penyaluran
gejala-gejala kerusuhan sosial. Tingkat keempat adalah munculnya gagasan baru
yang mencoba menunjukkan jalan keluar dari ketidakpuasaan tersebut. Tingkat kelima
adalah upaya dalam wujud institusional yang mungkin akan meredakan
ketidakpuasan itu. Tingkat keenam adalah usaha untuk mengukuhkan bentuk-bentuk
lembaga yang baru dengan berbagai macam inovasi. Tingkat ketujuh adalah bentuk
kelembagaan yang baru itu dikonsolidasikan sebagai ciri yang permanen dari
struktur sosial.
Model
jangka panjang-menengah-pendek, pertama sejarah jangka panjang yang
perubahannya sangat lamban, merupakan perulangan konstan dan perkembangan waktu
yang tidak dapat dilihat. Kedua, perkembangan yang lamban namun dapat dirasakan
ritmenya . ketiga adalah sejarah jangka pendek, yaitu sejarah dari
kejadian-kejadian. Pada fase ini sejarah berjalan secara serba cepat, pendek-pendek,
dalam fluktuasi yang menggelisahkan.
Model
sistematis sangat sesuai untuk menelusuri sejarah sosial dalam arti perubahan
sosial. Sebuah penulisan sejarah sangat tergantung kepada kondisi objektif,
berupa tersediannya sumber, dan kondisi subjektif, berupa kemampuan penulis
sejarah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar