Jumat, 03 April 2020

Metode-Metode Dalam Kajian Sejarah Sosial


BAB 2
METODE-METODE DALAM KAJIAN SEJARAH SOSIAL

            Metode adala cara atau prosedur untuk mendapatkan obyek. Dalam pengertian yan lebih sederhana dan umum, metode adalah cara untuk melakukan sesuatu dalam satu kegiatan yang terencana. Apabila kita menempatkan metode dalam konteks penelitian sejarah, maka seorang sejarawan harus menggunakan metode yang tepat dalam kegiaatn penelitiannya. Bab ini memaparkan metode kualitatif, metode kuantitatif, pendekatan-pendekatan dalam penelitian sejarah sosial serta beberapa model penelitian yang dapat dijadikan acuan.
Penelitian kualtatif merupakan diskusi atau “diskursus” sehingga sulit didefinisikan dengan jelas. Penelitian kualitatif tidak memiliki metode atau paradigm tersendiri, penelitian ini menggunakan semiotic, narasi, isi, diskursus, arsip, analisis fenotik, statistic, etnometodologi, fenomenologi, hermeneutic, feminism, dekonstruksionisme, etnografis, wawancara, psikoanalisis, studi budaya, dan pengamatan partisipatoris.
Cara kerja penelitian kualitatif tak pelak menuai cibiran dari peneliti kuantitatif. Peneliti kualitatif diejek sebagai “soft scientist” dan karya mereka dianggap bas lantaran dipandang berisi pendapat pribadi. Konsep pengertian penelitian kualitatif pada dasarnya menunjuk dan menekankan pada proses, dan berarti tidak diteliti secara ketat atau terukur, dilihat dari kualitas, jumlah, intensitas atau frekuensi.
Metode Kuantitatif, sebagaimana namanya ialah suatu metode yang mendasarkan pada kuantitas atau jumlah. Oleh karenanya metode kuantitatif selalu berkaitan erat dengan angka-angka . sejarah kuantitatif atau yang sering disebut juga sebagai “quantohistory” atau sebutan lainnya “cliometrics”  terdiri atas beberapa bentuk. Metode kuantitatif juga memiliki cara kerja yang kompleks. Metode kuantitatif juga memiliki kekurangan-kekurangan tersendiri, beberapa kekurangan tersebut antara lain:
1. Sumber data tidak seakurat dan seobyektif yang diasumsikan
2. Kesulitan membedakan fakta keras (hard fact) dengan fakta lunak (soft fact).
Model Evolusi menunjukan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat berdiri hingga menjadi masyarakat yang kompleks. Model evolusi untuk menunjukkan jenis penulisan yang melukiskan perkembangan sebuah masyarakat itu berdiri sampai menjadi sebuah masyarakat yang kompleks. Model evolusi menjelaskan bahwa semakin jauh waktu berjalan, semakin kompleks kehidupan masyarakat.
Di Indonesia, model penulisan yang mengikuti dari awal pertumbuhna suatu kota merupakan pekerjaan yang tidak dapat disebut dengan mudah. Misalnya melihat evolusi dari sebuah desa yang semakin ramai menjadi kta hamper tidak mungkin. Namun dengan demikian peluang terbuka pada kota-kota yang dengan sengaja didirikan seperti Batavia yang kemudian menjadi Jakarta, atau kota-kota pelabuhan, kota-kota stasiun kereta api dan semacamnya dapat dtulis dengan model evolusi ini.
Model Lingkaran Sentral menulis mulai dari titik yang sudah menjadi. Setiap penulisan yang bertolak dari titik sejarah di tengah-tengah demikian biasanya selalu mulai dengan lukisan sinkronis tentang masyarakat tersebut, barulah kemudian secara diakronis ditunjukkan pertumbuhannya.
Dalam sejarah Indonesia agak sulit mencari peristiwa yang sepadan dengan model lingkaran sentral, karena perkembangan sejarah Indonesia banyak ditentukan oleh kekuatan-kekuatan di luar , seperti imperialism.
Model Interval merupakan kumpulan dari lukisan sinkronis yang diurutkan secara kronologis sehingga nampak perkembangannya. Model interval berguna manakala kita menemukan keterangan dari suatu periode tertentu tentang masyarakat tertentu.
Model Tingkat Perkembangan merupakan penerapan dari teori perkembangan masyarakat yang diangkat dari sosiologi. Smelser mendekati Revolusi Industri sebagai sebuah ilustrasi dari sebuah model konseptual yang formal dan eksplisit yang diambil dari pemikiran sosiologis. Smelser adalah structural differentiation, yaitu proses semakin meuju ke arah spesialisasi.
Smelser menggunakan model tujuh tingkat untuk menerangkan perkembangan-perkembangan. Tingkat pertama adalah adanya ketidakpuasan dengan peranan yang sudah dilembagakan, atau dengan organisasi dari peranan itu sendiri. Tingkat kedua, gejala yang bersumber pada ketdakpuasan itu, seperti kekhawatiran,permusuhan, dan fantasi tentang keruntuhan. Tingkat ketiga adalah penanganan dan penyaluran gejala-gejala kerusuhan sosial. Tingkat keempat adalah munculnya gagasan baru yang mencoba menunjukkan jalan keluar dari ketidakpuasaan tersebut. Tingkat kelima adalah upaya dalam wujud institusional yang mungkin akan meredakan ketidakpuasan itu. Tingkat keenam adalah usaha untuk mengukuhkan bentuk-bentuk lembaga yang baru dengan berbagai macam inovasi. Tingkat ketujuh adalah bentuk kelembagaan yang baru itu dikonsolidasikan sebagai ciri yang permanen dari struktur sosial.
Model jangka panjang-menengah-pendek, pertama sejarah jangka panjang yang perubahannya sangat lamban, merupakan perulangan konstan dan perkembangan waktu yang tidak dapat dilihat. Kedua, perkembangan yang lamban namun dapat dirasakan ritmenya . ketiga adalah sejarah jangka pendek, yaitu sejarah dari kejadian-kejadian. Pada fase ini sejarah berjalan secara serba cepat, pendek-pendek, dalam fluktuasi yang menggelisahkan.
Model sistematis sangat sesuai untuk menelusuri sejarah sosial dalam arti perubahan sosial. Sebuah penulisan sejarah sangat tergantung kepada kondisi objektif, berupa tersediannya sumber, dan kondisi subjektif, berupa kemampuan penulis sejarah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar