Judul Buku : Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir
Pengarang :
Arif Satria
Penerbit
: Yayasan Pustaka Obor Indonesia
Tahun Terbit : 2015
Tebal Buku :
xii + 150 halaman
ISBN
: 978-979-461-935-3
Buku
ini diterbitkan atas kerja sama antara Fakultas Ekologi Manusia Institut
Pertanian Bogor (IPB) dengan Yayasan Pustaka Obor Indonesia. Dengan tebal
kurang lebih 150 an halaman, membuat buku ini menjadi salah satu buku yang bisa
dibilang ringan untuk dibaca. Meskipun di dalamnya terkandung banyak
fakta-fakta menarik seputar kehidupan masyarakat pesisir.
Ditulis dengan bahasa yang
lugas dan mudah dipahami, merupakan salah satu kelebihan dari buku ini. Sesuai
judulnya yakni "Pengantar Sosiologi Masyarakat Pesisir", bab per bab
yang terkandung di dalamnya pun memuat hampir semua komponen dan bagian dari
kehidupan masyarakat pesisir di Nusantara. Bab per bab juga disusun rapi
sedemikian rupa, dan membahas hampir secara rinci semua komponen dari kehidupan
masyarakat pesisir.
Mulai dari pendahuluan,
karakteristik sosial, struktur sosial, dinamika perubahan teknologi perikanan
dan formasi sosial, konflik-konflik masyarakat pesisir, kemiskinan, pengelolaan
sumber daya perikanan berbasis masyarakat, hingga pemberdayaan masyarakat
pesisir. Dalam bab 2 sendiri diberikan contoh mengenai karakteristik sosial
masyarakat maritim, yang dapat dilihat melalui empat aspek, diantaranya adalah
sistem pengetahuan, sistem kepercayaan, peran perempuan, struktur sosial, dan
posisi sosial nelayan.
Dalam aspek sistem
pengetahuan, dijelaskan dengan beberapa contoh dari beberapa daerah di
Nusantara, diantaranya adalah sistem kalender dan penunjuk arah dengan
menggunakan rasi bintang tertentu di Kirdowono dan konsep Perbani dan
pemeliharaan sampan dengan pengasapan badan dengan cara membakar daun nipah ala
Suku Laut. Berlanjut kepada aspek-aspek selanjutnya, bahkan bab selanjutnya
dijelaskan oleh Arif Satria dengan menggunakan bahasa yang lugas dan ringkas,
sehingga mudah untuk dipahami dan dipelajari. Dengan menggunakan metode
penjelasan disertai dengan contoh, menurut saya, membuat pembaca lebih mudah
memahami apa yang disampaikan oleh penulis.
Begitu pula dengan buku dari
Arif Satria ini, penelitian beliau yang sebelumnya telah mendalam di bidang
sosiologi masyarakat pesisir Nusantara memudahkan beliau untuk memaparkan
contoh-contoh konkrit yang terjadi di masyarakat pesisir berbagai penjuru
Nusantara. Mulai dari nelayan Suku Laut, Kirdowono, Wonokerto Pekalongan,
Madura, dan masih banyak lagi contoh lainnya dalam buku ini.
Judul:Dinamika, Struktur Sosial dalam Ekosistem Pesisir
Pengarang:Edi Susilo
Penerbit:Universitas Brawijaya Press
Tempat Terbit:Malang, Indonesia
Tahun Terbit:2010
Jumlah Halaman:xxix, 222 hlm
ISBN:978-979-8074-47-9
Edi
Susilo sebagai sosok yang awalnya bergelut dalam dunia eksakta lalu melompat ke
kolam ilmu sosial hingga kembali lagi ke ranah lamanya tetapi tidak melupakan
aras sosialnya adalah profil ilmuwan yang mampu memadukan antara bidang
perikanan, pertanian, dan sosiologi dalam karya disertasi yang akhirnya ia
bukukan dengan judul sebagaimana yang tertera di atas. Tidak banyak hal yang
peresensi ketahui tentang penulis buku ini selain hal umum yang
diinformasikannya pada salah satu halaman tentang biodata singkat dirinya yang
menggambarkan betapa karya ini menyodok sejarah panjang perjuangan masyarakat
dalam menghidupi diri dan komunitasnya, sebagai salah satu cara untuk memahami
dinamika yang ada, sehingga tercipta gambaran yang utuh nan penuh kehati-hatian
untuk nantinya tiba pada kesimpulan yang merupakan inti dari apa yang dilihat
dan didengar oleh penulis buku. Buku yang berbilang ringkas ini khas nuansa
karya tulis di perguruan tinggi, yakni memiliki bab-bab yang menjelaskan
kedudukan ilmu dan posisi penulis, dalam upayanya membedah fenomena masyarakat
pesisir di Jawa Timur.
Buku
ini dihantarkan oleh seorang pakar sosiologi yang bernama Prof. Dr. Ir. Keppi
Sukesi, M.Si, yang dalam bahasannya menyambut karya tersebut sebagai salah satu
karya yang ditulis dengan metode yang tidak lazim yakni kualitatif positivistik
yang menurut peresensi dalam penggambarannya laksana minyak dan air tetapi
nyatanya bisa diselaraskan untuk menjelaskan kenyataan sosial, hal ini terwujud
karena adanya studi sejarah sosial yang menggunakan model analogi hingga
akhirnya tercipta konstruksi proses dinamika masyarakat yang apik. Lebih lanjut
Keppi Sukesi menjelaskan bahwa konstruksi teori yang disajikan adalah dengan
melakukan sintesis antara teori evolusi dengan berbagai teori tentang struktur
sosial atau dengan mengambil salah satu komponen teori tertentu lalu
dikembangkan dengan cara memberikan kritik tentang pemetaan teori yang bersifat
statis ke dalam pemetaanyang bersifat dinamis dalam menjelaskan dinamika yang
ada di dalam masyarakat.
Buku
ini tersusun dengan aplikasi yang mutakhir karena adanya halaman persembahan,
halaman ucapan terima kasih, pengantar dari ilmuwan, daftar isi, daftar tabel,
daftar gambar, daftar lampiran, daftar simbol singkatan dan definisi, lampiran
tentang alat-alat bantu dalam penelitian atau tentang penjelasan sesuatu yang
sangat panjang sehingga agak mengurangi keasyikan pembaca jika ditempatkan di
tengah halaman buku, indeks, daftar pustaka, dan daftar riwayat hidup.
Dari
hasil turun lapangan yang dilakukan oleh penulis buku, terungkap bagaimana
dinamika dan struktur sosial pada ekosistem di wilayah pesisir dusun
Karanggongso yang terletak di teluk Prigi, sebuah pantai di selatan Kabupaten
Trenggalek, Provinsi Jawa Timur. Masyarakat Karanggongso di buku ini
digambarkan dalam tiga masa yakni masa isolasi pada tahun sebelum dan hingga
sampai 1975, masa terbuka satu antara tahun 1976 sampai 1990, dan masa terbuka
dua antara tahun 1991 sampai 2008. Penyebab utama perubahan struktur adlah
masuknya unsur-unsur pembentuk dari luar, juga karena meningkatnya akses
masyarakat terhadap perubahan di lingkungan lokal. Dinamika kapasitas ruang
struktur sosial di ekosistem pesisir karanggongso selama masa pengamatan secara
umum dapat dijelaskan dengan dua indikator yakni ketersediaan peluang bekerja
dan berusaha, dan tingkat aksesibilitas individu di dalam pengeloaan dan
pemanfaatan sumberdaya. Dimensi kultural yang nampak adalah adanya gotong
royong saling membantu satu sama lainnya, sedangkan dimensi relasional nampak pada
toleransi terhadap perbedaan pengelolaan sumberdaya pesisir dengan catatan
tidak mengancam struktur yang telah lama ada. Titik kritis yang terjadi pada
masyarakat di lokasi penelitian terjadi manakala masyarakat tidak lagi memiliki
kemampuan untuk melakukan akses kepada sumberdaya alam yang dapat mereka
kelola.
Secara umum, buku ini sangat nikmat untuk dikonsumsi,
walau untuk ukurannya sebagai literatur seringkali membuat pembaca menjadi
penat untuk memaknai arti kata atau kalimat, tetapi dengan gaya penulisan yang
menyertakan penuturan langsung informan dari lapangan, serasa membuat pembaca
bercakap langsung dengan masyarakat yang di Karanggongso, pantas menurut
peresensi jika buku ini direkomendasikan tidak hanya kepada mereka yang hendak
menyusun karya disertasi saja, tetapi juga kepada mereka yang baru berkenalan
dengan dunia sosiologi.