ZAMAN HINDU-BUDHA
Pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia pada abad sekitar
5 M. Hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina, memegang peran
penting dalam proses penyebaran agama Hindu dan Budha ke Indonesia. Sambil
berdagang, para pedagang India yang beragama Hindu maupun Budha juga mengadakan
interaksi kepada penduduk setempat sehingga mereka mengenal pula kebudayaan dan
agama yang mereka bawa.
Hipotesis Brahmana: Hipotesis ini mengungkapkan bahwa
kaumbrahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia.
Hipotesis Ksatria: Pada hipotesis ksatria, peranan
penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis
ini, di masa lampau diIndia sering terjadi peperangan antar golongan didalam
masyarakat. Hipotesis Waisya: Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaumwaisya yang
berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu
keNusantara. Hipotesis Sudra: Von van Faber mengungkapkan bahwa
peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang
buangan.
Kebudayaan
Pada Masa Hindu-Budha Salah satu unsur-unsur kebudayaan yang mempengaruhi
kebudayaan Indonesia pada masa kerajaan Hindu di Indonesia yang menjadi pokok
bahasan di sini adalah adalah unsur kesenian yang terutama berwujud seni
sastra, seni bangunan, seni patung dan seni hias. Beberapa hasil kebudayaan
pada masa kerajaan- kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia adalah sebagai
berikut:- 1. Bangunan - 2. Patung Dewa - 3. Seni Ukir - 4. Kesusastraan. Bangunan
Hasil kebudayaan berupa bangunan yang dimaksudkan adalah bangunan sebagai
tempat suci yaitu candi. Candi sebagai salah satu hasil kebudayaan pengaruh
Hindu dan Budha adalah berasal dari perkataan/nama untuk Durga sebagai Dewi
Maut atau Candika. Memang candi itu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan
orang yang sudah meninggal, khususnya untuk orang tertentu yaitu para Raja atau
orang-orang terkemuka.
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia
telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima
sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan
orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat
bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan
terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir
kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya.
Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya
yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam
kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan
perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh
misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
Bangunan keagamaan seperti candi sangat dikenal pada masa
Hindu Budha. Hal tersebut terlihat jelas di mana pada sosok bangunan sakral
peninggalan Hindu, seperti Cadi Gedungsongo maupun Candi Sewu.
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan
beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta.
Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia
memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa
Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila,
Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
Mata pencaharian penduduk pada masa Hindu-Budha, antara
lain pertanian, beternak, dan berdagang.
Wujud penerapan teknologi di Indonesia yang mengambil
dari budaya Hindu-Buddha adalah dalam hal pembuatan candi. Candi di Indonesia
dibuat melalui teknologi yang dimuat dalam Kitab Silpasastra, yaitu sebuah kitab
pedoman pembuatan candi di India.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar