A. Proses
menilai dan nilai-nilai
Dalam
menghadapi alam sekitarnya budi manusia menilai benda-benda dan kejadian yang
serba-ragam. Proses penilaian dan pemilihan terus menerus, individu manusia
menentukan kelakuannya dan menciptakan serba-ragam benda-benda kebudayaan. Keseluruhan
benda-benda kebudayaan yangberstruktur berdasarkan fungsinya yang merupakan
suatu system penilaian dari sesuatu golongan masyarakat pada suatu waktu dan
suatu tempat, menjelmakan keseluruhan kebudayaan.
Jika
tujuan proses penilaian itu mengetahui alam sekitar, yaitu menentukan dengan
objektif identitas benda-benda dan kejadian-kejadian, menghadapi proses
penilaian teori yang menuju ke arahpengetahuan yang kita sebut dengan nilai
teori. Tujuan adalah memakai atau menggunakan benda-benda yang sebesar-besarnya
untuk hidup dan kesenangan hidup, yaitu nilai ekonomi atau kegunaan. Kita menghadapi
niali agama,penilaian estetik, kombinasia antara nilai agama dan nilai seni
yang sama-sama menekankan intuisi, perasaan dan fantasi disebut aspek expresif
dari kebudayaan.
Dalam
proses penilaian kuasa yang dituju kekuasaan, yaitu kita merasa puas jika orang
lai mengikuti norma-norma dan nilai-nilai kita. Dengan penilaian solidaritas,
kita tiba dalam hubungan cinta, persahabatan, simpati dengan sesama manusia.
B. Perhubungan
proses penilaian dan etik
Dalam
kontex ini proses penilaian bukan hanya proses kebudayaan, dan nilai bukan
hanya inti dari benda-benda kebudayaan. Proses penilaian dan nilai-nilai adalah
tenaga integrasi prbadi maupun masyarakat. Logika dan kenyataan dari proses
penilaian dan nilai-nilai yang berkuasa yaitu norma-norma yang berkuasa itu
menjadi norma yang tertinggi atau etik dari seluruh konfiguras, baik dalam
bentuk pribadi maupun masyarakat.
Peribadi
adalah suatu sistem peroses penilaian atau nilai pada seorang individu yang
diintegrasikan,diorganisasikan oleh tujuan, logika, dan kenyataan daripada
proses penilaian atau nilai yang menjadi etik pribadi. Kelakuan tiap pribadi
itu mendapat tujuan,norma dan organisasi untuk pertumbuhan yang berbeda dari kelakuan
individu yang lain. Etik pribadi berpusat pada katahati yang disebut dengan etik autonom .
Dalam
masyarakat dinamakan individu itu mempunyai dua sifat, pertama sebagai pribadi
yang beretik autonomy, dan yanga kedua sebagai anggita masyarakat yang beretik
heteronom. Etik autonom pribadi berpusat pada katahati tiap-tiap orang. Sebaliknya
dengan etik masyarakat yang heteronom itu terjelma dalam adat-istiadat. Dalam etik
pribadi dan etik masyarakat senantiasa ada perseragangan. Individu mesti tunduk
terhadap dua sistem norma, yaitu yang berpusat pada katahatinya dan yang
tersimpul dalam adat-istiadat, kebiasaan dan hukum masyarakat. Bahwa perseragangan
ini mungkin hebat, pada Sokrates yang terpaksa menerima hukuman masyarakat minu
racun, karena ia menurut dengan katahatinya.
C. Kebudayaan
Indonesia asli
Tentulah
dalam kebudayaan Indonesia asli, sebelum kedatangan kebudayaan India inipun,
adalah hasil pertumbuhan sejarah yang berbeda-beda diberbagai pulau dan bagian
pulau di Indonesia yang luas ini. Seperti dalam kebudayaan-kebudayaan bersahaja
yang lain dalam sejarah, bangsa Indonesia sebelum dating kebudayaan India
itupun dapat dikatakan mempunyai cara berpikir yang komplex, yaitu bersifat
keseluruhan dan emosional, amat dikuasai oleh perasaan.
Kepercayaan
terhadap roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib meresapi selurh kehidupan, baik
kehidupan manusia seorang, maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan. Pikiran
atau perbuatan tertuju bagaimana menjauhkan pengaruh roh-roh yang bai dan
bagaimana menjauhkan tenaga-tenaga gaib itu dianggap tidak berpribadi. Dan untuk
mencapai maksud itu ada bermacam-macam ritus, mantera, larangan dan suruhan
yang memenuhi kehidupan dalam masyarakat yang bersahaja itu.
Ekonomi,
hukum, pemerintahan, kesenian, bukanlah keaktifan manusia yang terpisah pisah,tetapi
sekalinya amat rapat hubungannya, tidak nyata dimana yang satu mulai dan yang
lain berakhir, dan sekalinya berlaku dibawah naungan anggapan dan konsep-konsep
agama. Dalam hubungan inilah telah selayaknya, bahwa ilmu yang tertinggi ialah
ilmu tentang roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaibitu, yang berhubungan dengan
proses dan ketertiban kosmos.
Pengetahuan
itu bukanlah diperolehnya karena penyelidikan tetapi ialah sebagai pusaka dar
nenek moyang, yang roh-rohnya masih danggap hidup bersama-sama didalam masyarakat.
Demikian ilmu dalam arti penjelmaan nilai teori, yang berusaha mencari
pengetahuan yang berasio, nyata dan objektif, amatlah lemah. Pengetahuan dan
kepandaiannya sebagian terbesar tersimpul dalam pusaka rohani yang diterimanya
dari nenek moyangnya, yang dinamakan adat.
Dalam
hubungan adat yang mengatur seluruh kehidupan dan yang dikuasai oleh roh-roh
dan tenaga-tenaga yang gaib itulah maka masyarakat bersahaja itu konsevatif dan
setatis sifatnya. Dalam hubungan inilah perkataan tua mempunyai arti yang
istimewa, yaitu suci,berkuasa, dan mengetahui. Ciri lain daripada masyarakat
Indonesia yang lama ialah berkuasannya nilai
solidaritas. Persekutuan-persekutuan itu dapat kita bandingkan dengan republic-republik
dmokrasi yang kecil. Keputusan-keputusan
yang diambil bersama-sama dengan pemufakatan. Dalam demokrasi yang mencari
kebulatan pemikiran ini penting sekali kedudukan balai, yaitu bangunan tempat
pertemuan dan permusyawaratan.
Kewajiban
pemerintah desa itu terutama sekali menjalankan adat yang turun-temurun dan
menyelesaikan perselisihan yang mungking terjadi. Suatu ciri juga dari
masyarakat Indonesia asli itu ialah besarnya pengaruh perhubungan darah. Dalam masyarakat
dan kebudayaan Indonesia asli terdapat beberapa corak susunan-susunan sukun
yang menentukan cara menghitung keturunan, yang menentukan bentuk perkawinan, ha
katas tanah, soal waris dan sebagainya. Dua susunan kerabat yang dasar ialah
patrilineal dan matrilineal
Oleh
karena persekutuan-persekutuan desa itu suatu kesatuan yang kukuh oleh adat
yang sama, keturunan dan tempat kediaman yang sama, dan sama-sama pula
mempunyai tanah dan pusaka-pusaka sakti yang turun-temurun. Cara kerjasama dan
tolong menolong atau gotong royong itupun teratur oleh adat.
Kehidupan
ekonomi dalam masyarakat-masyarakat kecil itu tentulah amat terbatas. Sebagian
besar dari keperluan dan bahan-bahan keperluan manusia masih dapat diambil
dengan mudah dari alam yang luas, bai itu makanan, maupu untuk keperluan yang
lain seperti ramuan rumah, alat pembakar, bermacam-macam perkakas, obat-obatan.
Demikian perdagangan masih sangat terbatas, hanya mengenai keperluan-keperluan
yang sesungguhnya tidak ada di daerah itu. Rapat perhubungan dengan ini ialah
perhubungan lalu-lintas yang terbatas, kaki dan kandang-kandang sapi, kuda atau
sampan adalah alat perjalanan yang ada.
Yang
dinamakan industri adalah kerajinan tangan untuk keperluan sehari-hari, seperti
anyam-menganyam, membuat alat keperluan dari bamboo, kayu, daun atau batu, dan
kadang-kadang dari tanah liat atau logam.
Dalam
kuatnya kedudukan agama dalam masyarakat itu kerajinan tangan tentulah banyak
ditujukan kepada keperluan agama untuk membuat bermacam bangunan, patung,
sajian dan lain-lain. Karena kedudukan agama yang sangat kuat dalam kebudayaan
Indonesia asli itu, telah selayaknya bahwa kehidupan ekonomipun rapat berjalin,
malahan serig dtentukan oleh syarat-syarat agama.
Sebagai
kebudayaan yang expresif, yaitu yang dikuasai oleh intuisi, perasaan dan
fantasi, tentulah tenaga penciptaan kesenian yang berdasarkan intuisi, perasaan
dan fantasi itu amat besar.
Selain
daripada perjalinan dengan agama ini, seni itu rapat uga berjalin dengan nilai
solidaritas , yang memuncak pada hari-hari dan kejadian-kejadian yang penting
dalam kehidupan suku, desa atau keluarga seperti perkawinan, kematian ataupu
perayaan sebelum atau sesudah panen dan sebagainya. Kebudayaan itu dikuasai
oleh nilai agama, yang diikuti oleh nilai solidaritas dan nilai kesenian,
sedangkan dalam sifatnya yang demokratis nilai kuasa dalam susunan masyarakat
adalah lemah.. nilai ilmu lemah, karena pemikirannya yang berasio belum
berkembang sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa dalam menghadapi alam. Niali ekonomi juga
belum berkembang, karena oleh kekayaan alam belum timbul keperluan beusaha
keras, sedangkan oleh kurangnya pengetahuan alam yang objektif
kemungkinan-kemungkinan alam yang sesungguhnya belum diketahui dan merangsang
untuk berusaha.
D. Kebudayaan
India
Pada permulaan
kurun Masehi bangsa Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Hindu yang datang
dari India. Dalam kebudayaan Hindu itupun amat penting kedudukan roh-roh dan
tenaga-tenaga yang gaib dan perhubungan kosmos segala sesuatu.
Sementara itu sedangkan dalam kebudayaan
Indonesia asli susunan pikiran masih kabur dalam selubung mitos dan adat, di
India lambat laun timbul pribadi-pribadi yang dengan sadar memikirkan dan
mengatur dalam susunan pikirannya tentang roh-roh, tentang manusia dalam
hubungan alam dan masyarakat.
Dalam lapangan
agama ternyata benar, bahwa bangsa Hindu yang datang ke Indonesia itu telah
jauh sekali memikrkan roh-roh dan tenaga yang gaib. Bentuk dan fungsinya dalam
kebudayaan India telah berupa dewa-dewa yang lebih nyata pribadinya dan
sifat-sifatnya sebagai lambang tenaga-tenaga alam. Dalam mitos Mahabarat dan Ramayana nampak kebesaran dan Keindahan
Konsepsi dan Fantasi kebudayaan India sebagai kebudayaan Ekspresis yang khas
dan tinggi.
Dalam kehidupan
masyarakat ternyata benar kelihatan berkat Feodalisma ini tumbuh suatu pusat
kekuasaan atau politik darimana timbul perkembangan dan kedinamisan, karena
kemajuan organisasi dan teknik, yang kedua-duanya sejalan dengan perkembangan
pikiran yang bertambah berrasio dan timbulnya pribadi-pribadi besar.
Berhubug dengan perkembangan kebudayaan India
itu, tak bolehlah kita lupakan timbulnya kepandaian menulis, yang memberi
kesempatan yang luar biasa kepada pikiran-pikiran dan pengalaman-pengalaman
untuk berkembang. Pikiran dan pengalaman suatu generasi berikutnya, sehingga ia
lebih mudah maju terus berdasarkan pikiran-pikian dan pengalaman-pengalaman
yang ditinggalkan kepadanya itu.
Oleh pengaruh
kebudayan India itu kebudayaan Indonesia asli, yang bersifat kebudayaan
persekutuan-persekutuan yang kecil dan kemugkinan-kemungkinan yang kecil, mulai
bergerak. Selain daripada itu satu dasar yang penting ialah kepandaian
mengorganisasi, sebabnya kerajaan-kerajaan yang besar itu bukan saja untuk
mendirikan organisasi yang besar yang seluk beluknya tentang tentara. Dengan kata
lain, karena pertukaran barang menjadi luas, usaha-usaha ekonomi mendapat
kesempatan untuk menjadi lebih besar dan bertmabhanya banyak jumlahnya.
Dalam pada itu
Keraton kerajaan-kerajaan yang besar segera juga menjadi pusat kehidupan rohani
dan teristimewa agama dan kesenian. Zaman kerajaan-kerajaan yang besar di zaman
Hindu inilah zaman feudal Indonesia dengan susunan masyarakat yang bertigkat
sesuai dengan tingkat-tingkat di India. Zaman inilah zaman timbulnya perbedaan
bahasa dan adat istiadat yang bertingkat menuru kedudukan hirarki seseorang
dalam masyarakat.
Dari uraian ini
jelaslah,bahwa dalam kebudayaan India yang menjadi dasar dari feodalisma dalam
sejarah Indonesia : - Nilai yang tertinggi adalah nilai agama, - Nilai
kekuasaan, - Perkembangan nilai seni, - Nilai teori, - Nilai ekonomi, - dan
Nilai solidaritas.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar