Selasa, 31 Maret 2020

Nilai-Nilai Kebudayaan Indonesia Masa Hindu-Budha


A.    Proses menilai dan nilai-nilai
Dalam menghadapi alam sekitarnya budi manusia menilai benda-benda dan kejadian yang serba-ragam. Proses penilaian dan pemilihan terus menerus, individu manusia menentukan kelakuannya dan menciptakan serba-ragam benda-benda kebudayaan. Keseluruhan benda-benda kebudayaan yangberstruktur berdasarkan fungsinya yang merupakan suatu system penilaian dari sesuatu golongan masyarakat pada suatu waktu dan suatu tempat, menjelmakan keseluruhan kebudayaan.
Jika tujuan proses penilaian itu mengetahui alam sekitar, yaitu menentukan dengan objektif identitas benda-benda dan kejadian-kejadian, menghadapi proses penilaian teori yang menuju ke arahpengetahuan yang kita sebut dengan nilai teori. Tujuan adalah memakai atau menggunakan benda-benda yang sebesar-besarnya untuk hidup dan kesenangan hidup, yaitu nilai ekonomi atau kegunaan. Kita menghadapi niali agama,penilaian estetik, kombinasia antara nilai agama dan nilai seni yang sama-sama menekankan intuisi, perasaan dan fantasi disebut aspek expresif dari kebudayaan.
Dalam proses penilaian kuasa yang dituju kekuasaan, yaitu kita merasa puas jika orang lai mengikuti norma-norma dan nilai-nilai kita. Dengan penilaian solidaritas, kita tiba dalam hubungan cinta, persahabatan, simpati dengan sesama manusia.
B.     Perhubungan proses penilaian dan etik
Dalam kontex ini proses penilaian bukan hanya proses kebudayaan, dan nilai bukan hanya inti dari benda-benda kebudayaan. Proses penilaian dan nilai-nilai adalah tenaga integrasi prbadi maupun masyarakat. Logika dan kenyataan dari proses penilaian dan nilai-nilai yang berkuasa yaitu norma-norma yang berkuasa itu menjadi norma yang tertinggi atau etik dari seluruh konfiguras, baik dalam bentuk pribadi maupun masyarakat.
Peribadi adalah suatu sistem peroses penilaian atau nilai pada seorang individu yang diintegrasikan,diorganisasikan oleh tujuan, logika, dan kenyataan daripada proses penilaian atau nilai yang menjadi etik pribadi. Kelakuan tiap pribadi itu mendapat tujuan,norma dan organisasi untuk pertumbuhan yang berbeda dari kelakuan individu yang lain. Etik pribadi berpusat pada katahati yang disebut dengan etik autonom .
Dalam masyarakat dinamakan individu itu mempunyai dua sifat, pertama sebagai pribadi yang beretik autonomy, dan yanga kedua sebagai anggita masyarakat yang beretik heteronom. Etik autonom pribadi berpusat pada katahati tiap-tiap orang. Sebaliknya dengan etik masyarakat yang heteronom itu terjelma dalam adat-istiadat. Dalam etik pribadi dan etik masyarakat senantiasa ada perseragangan. Individu mesti tunduk terhadap dua sistem norma, yaitu yang berpusat pada katahatinya dan yang tersimpul dalam adat-istiadat, kebiasaan dan hukum masyarakat. Bahwa perseragangan ini mungkin hebat, pada Sokrates yang terpaksa menerima hukuman masyarakat minu racun, karena ia menurut dengan katahatinya.
C.     Kebudayaan Indonesia asli
Tentulah dalam kebudayaan Indonesia asli, sebelum kedatangan kebudayaan India inipun, adalah hasil pertumbuhan sejarah yang berbeda-beda diberbagai pulau dan bagian pulau di Indonesia yang luas ini. Seperti dalam kebudayaan-kebudayaan bersahaja yang lain dalam sejarah, bangsa Indonesia sebelum dating kebudayaan India itupun dapat dikatakan mempunyai cara berpikir yang komplex, yaitu bersifat keseluruhan dan emosional, amat dikuasai oleh perasaan.
Kepercayaan terhadap roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib meresapi selurh kehidupan, baik kehidupan manusia seorang, maupun kehidupan masyarakat sebagai keseluruhan. Pikiran atau perbuatan tertuju bagaimana menjauhkan pengaruh roh-roh yang bai dan bagaimana menjauhkan tenaga-tenaga gaib itu dianggap tidak berpribadi. Dan untuk mencapai maksud itu ada bermacam-macam ritus, mantera, larangan dan suruhan yang memenuhi kehidupan dalam masyarakat yang bersahaja itu.
Ekonomi, hukum, pemerintahan, kesenian, bukanlah keaktifan manusia yang terpisah pisah,tetapi sekalinya amat rapat hubungannya, tidak nyata dimana yang satu mulai dan yang lain berakhir, dan sekalinya berlaku dibawah naungan anggapan dan konsep-konsep agama. Dalam hubungan inilah telah selayaknya, bahwa ilmu yang tertinggi ialah ilmu tentang roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaibitu, yang berhubungan dengan proses dan ketertiban kosmos.
Pengetahuan itu bukanlah diperolehnya karena penyelidikan tetapi ialah sebagai pusaka dar nenek moyang, yang roh-rohnya masih danggap hidup bersama-sama didalam masyarakat. Demikian ilmu dalam arti penjelmaan nilai teori, yang berusaha mencari pengetahuan yang berasio, nyata dan objektif, amatlah lemah. Pengetahuan dan kepandaiannya sebagian terbesar tersimpul dalam pusaka rohani yang diterimanya dari nenek moyangnya, yang dinamakan adat.
Dalam hubungan adat yang mengatur seluruh kehidupan dan yang dikuasai oleh roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib itulah maka masyarakat bersahaja itu konsevatif dan setatis sifatnya. Dalam hubungan inilah perkataan tua mempunyai arti yang istimewa, yaitu suci,berkuasa, dan mengetahui. Ciri lain daripada masyarakat Indonesia yang lama ialah berkuasannya nilai solidaritas. Persekutuan-persekutuan itu dapat kita bandingkan dengan republic-republik dmokrasi yang kecil.  Keputusan-keputusan yang diambil bersama-sama dengan pemufakatan. Dalam demokrasi yang mencari kebulatan pemikiran ini penting sekali kedudukan balai, yaitu bangunan tempat pertemuan dan permusyawaratan.
Kewajiban pemerintah desa itu terutama sekali menjalankan adat yang turun-temurun dan menyelesaikan perselisihan yang mungking terjadi. Suatu ciri juga dari masyarakat Indonesia asli itu ialah besarnya pengaruh perhubungan darah. Dalam masyarakat dan kebudayaan Indonesia asli terdapat beberapa corak susunan-susunan sukun yang menentukan cara menghitung keturunan, yang menentukan bentuk perkawinan, ha katas tanah, soal waris dan sebagainya. Dua susunan kerabat yang dasar ialah patrilineal dan matrilineal
Oleh karena persekutuan-persekutuan desa itu suatu kesatuan yang kukuh oleh adat yang sama, keturunan dan tempat kediaman yang sama, dan sama-sama pula mempunyai tanah dan pusaka-pusaka sakti yang turun-temurun. Cara kerjasama dan tolong menolong atau gotong royong itupun teratur oleh adat.
Kehidupan ekonomi dalam masyarakat-masyarakat kecil itu tentulah amat terbatas. Sebagian besar dari keperluan dan bahan-bahan keperluan manusia masih dapat diambil dengan mudah dari alam yang luas, bai itu makanan, maupu untuk keperluan yang lain seperti ramuan rumah, alat pembakar, bermacam-macam perkakas, obat-obatan. Demikian perdagangan masih sangat terbatas, hanya mengenai keperluan-keperluan yang sesungguhnya tidak ada di daerah itu. Rapat perhubungan dengan ini ialah perhubungan lalu-lintas yang terbatas, kaki dan kandang-kandang sapi, kuda atau sampan adalah alat perjalanan yang ada.
Yang dinamakan industri adalah kerajinan tangan untuk keperluan sehari-hari, seperti anyam-menganyam, membuat alat keperluan dari bamboo, kayu, daun atau batu, dan kadang-kadang dari tanah liat atau logam.
Dalam kuatnya kedudukan agama dalam masyarakat itu kerajinan tangan tentulah banyak ditujukan kepada keperluan agama untuk membuat bermacam bangunan, patung, sajian dan lain-lain. Karena kedudukan agama yang sangat kuat dalam kebudayaan Indonesia asli itu, telah selayaknya bahwa kehidupan ekonomipun rapat berjalin, malahan serig dtentukan oleh syarat-syarat agama.
Sebagai kebudayaan yang expresif, yaitu yang dikuasai oleh intuisi, perasaan dan fantasi, tentulah tenaga penciptaan kesenian yang berdasarkan intuisi, perasaan dan fantasi itu amat besar.
Selain daripada perjalinan dengan agama ini, seni itu rapat uga berjalin dengan nilai solidaritas , yang memuncak pada hari-hari dan kejadian-kejadian yang penting dalam kehidupan suku, desa atau keluarga seperti perkawinan, kematian ataupu perayaan sebelum atau sesudah panen dan sebagainya. Kebudayaan itu dikuasai oleh nilai agama, yang diikuti oleh nilai solidaritas dan nilai kesenian, sedangkan dalam sifatnya yang demokratis nilai kuasa dalam susunan masyarakat adalah lemah.. nilai ilmu lemah, karena pemikirannya yang berasio belum berkembang sedangkan perasaan masih terlampau berkuasa  dalam menghadapi alam. Niali ekonomi juga belum berkembang, karena oleh kekayaan alam belum timbul keperluan beusaha keras, sedangkan oleh kurangnya pengetahuan alam yang objektif kemungkinan-kemungkinan alam yang sesungguhnya belum diketahui dan merangsang untuk berusaha.
D.    Kebudayaan  India
Pada permulaan kurun Masehi bangsa Indonesia berkenalan dengan kebudayaan Hindu yang datang dari India. Dalam kebudayaan Hindu itupun amat penting kedudukan roh-roh dan tenaga-tenaga yang gaib dan perhubungan kosmos segala sesuatu.
 Sementara itu sedangkan dalam kebudayaan Indonesia asli susunan pikiran masih kabur dalam selubung mitos dan adat, di India lambat laun timbul pribadi-pribadi yang dengan sadar memikirkan dan mengatur dalam susunan pikirannya tentang roh-roh, tentang manusia dalam hubungan alam dan masyarakat.
Dalam lapangan agama ternyata benar, bahwa bangsa Hindu yang datang ke Indonesia itu telah jauh sekali memikrkan roh-roh dan tenaga yang gaib. Bentuk dan fungsinya dalam kebudayaan India telah berupa dewa-dewa yang lebih nyata pribadinya dan sifat-sifatnya sebagai lambang tenaga-tenaga alam. Dalam mitos Mahabarat  dan Ramayana nampak kebesaran dan Keindahan Konsepsi dan Fantasi kebudayaan India sebagai kebudayaan Ekspresis yang khas dan tinggi.
Dalam kehidupan masyarakat ternyata benar kelihatan berkat Feodalisma ini tumbuh suatu pusat kekuasaan atau politik darimana timbul perkembangan dan kedinamisan, karena kemajuan organisasi dan teknik, yang kedua-duanya sejalan dengan perkembangan pikiran yang bertambah berrasio dan timbulnya pribadi-pribadi besar.
 Berhubug dengan perkembangan kebudayaan India itu, tak bolehlah kita lupakan timbulnya kepandaian menulis, yang memberi kesempatan yang luar biasa kepada pikiran-pikiran dan pengalaman-pengalaman untuk berkembang. Pikiran dan pengalaman suatu generasi berikutnya, sehingga ia lebih mudah maju terus berdasarkan pikiran-pikian dan pengalaman-pengalaman yang ditinggalkan kepadanya itu.
Oleh pengaruh kebudayan India itu kebudayaan Indonesia asli, yang bersifat kebudayaan persekutuan-persekutuan yang kecil dan kemugkinan-kemungkinan yang kecil, mulai bergerak. Selain daripada itu satu dasar yang penting ialah kepandaian mengorganisasi, sebabnya kerajaan-kerajaan yang besar itu bukan saja untuk mendirikan organisasi yang besar yang seluk beluknya tentang tentara. Dengan kata lain, karena pertukaran barang menjadi luas, usaha-usaha ekonomi mendapat kesempatan untuk menjadi lebih besar dan bertmabhanya banyak jumlahnya.
Dalam pada itu Keraton kerajaan-kerajaan yang besar segera juga menjadi pusat kehidupan rohani dan teristimewa agama dan kesenian. Zaman kerajaan-kerajaan yang besar di zaman Hindu inilah zaman feudal Indonesia dengan susunan masyarakat yang bertigkat sesuai dengan tingkat-tingkat di India. Zaman inilah zaman timbulnya perbedaan bahasa dan adat istiadat yang bertingkat menuru kedudukan hirarki seseorang dalam masyarakat.
Dari uraian ini jelaslah,bahwa dalam kebudayaan India yang menjadi dasar dari feodalisma dalam sejarah Indonesia : - Nilai yang tertinggi adalah nilai agama, - Nilai kekuasaan, - Perkembangan nilai seni, - Nilai teori, - Nilai ekonomi, - dan Nilai solidaritas.


Zaman Hindu-Budha

ZAMAN HINDU-BUDHA

Pengaruh Hindu-Budha masuk ke Indonesia pada abad sekitar 5 M. Hubungan dagang antara Indonesia dengan India dan Cina, memegang peran penting dalam proses penyebaran agama Hindu dan Budha ke Indonesia. Sambil berdagang, para pedagang India yang beragama Hindu maupun Budha juga mengadakan interaksi kepada penduduk setempat sehingga mereka mengenal pula kebudayaan dan agama yang mereka bawa.
Hipotesis Brahmana: Hipotesis ini mengungkapkan bahwa kaumbrahmana amat berperan dalam upaya penyebaran budaya Hindu di Indonesia. Hipotesis Ksatria: Pada hipotesis ksatria, peranan penyebaran agama dan budaya Hindu dilakukan oleh kaum ksatria. Menurut hipotesis ini, di masa lampau diIndia sering terjadi peperangan antar golongan didalam masyarakat. Hipotesis Waisya: Menurut para pendukung hipotesis waisya, kaumwaisya yang berasal dari kelompok pedagang telah berperan dalam menyebarkan budaya Hindu keNusantara. Hipotesis Sudra: Von van Faber mengungkapkan bahwa peperangan yang tejadi di India telah menyebabkan golongan sudra menjadi orang buangan.
Kebudayaan Pada Masa Hindu-Budha Salah satu unsur-unsur kebudayaan yang mempengaruhi kebudayaan Indonesia pada masa kerajaan Hindu di Indonesia yang menjadi pokok bahasan di sini adalah adalah unsur kesenian yang terutama berwujud seni sastra, seni bangunan, seni patung dan seni hias. Beberapa hasil kebudayaan pada masa kerajaan- kerajaan Hindu dan Budha di Indonesia adalah sebagai berikut:- 1. Bangunan - 2. Patung Dewa - 3. Seni Ukir - 4. Kesusastraan. Bangunan Hasil kebudayaan berupa bangunan yang dimaksudkan adalah bangunan sebagai tempat suci yaitu candi. Candi sebagai salah satu hasil kebudayaan pengaruh Hindu dan Budha adalah berasal dari perkataan/nama untuk Durga sebagai Dewi Maut atau Candika. Memang candi itu sebenarnya adalah bangunan untuk memuliakan orang yang sudah meninggal, khususnya untuk orang tertentu yaitu para Raja atau orang-orang terkemuka.
Ketika memasuki zaman sejarah, masyarakat di Indonesia telah menganut kepercayaan animisme dan dinamisme. Masyarakat mulai menerima sistem kepercayaan baru, yaitu agama Hindu-Buddha sejak berinteraksi dengan orang-orang India. Dalam sistem ini kelompok-kelompok kecil masyarakat bersatu dengan kepemilikan wilayah yang luas. Kepala suku yang terbaik dan terkuat berhak atas tampuk kekuasaan kerajaan. Oleh karena itu, lahir kerajaan-kerajaan, seperti Kutai, Tarumanegara, dan Sriwijaya. Wujud akulturasi dalam bidang pengetahuan, salah satunya yaitu perhitungan waktu berdasarkan kalender tahun saka, tahun dalam kepercayaan Hindu. Menurut perhitungan satu tahun Saka sama dengan 365 hari dan perbedaan tahun saka dengan tahun masehi adalah 78 tahun sebagai contoh misalnya tahun saka 654, maka tahun masehinya 654 + 78 = 732 M.
Bangunan keagamaan seperti candi sangat dikenal pada masa Hindu Budha. Hal tersebut terlihat jelas di mana pada sosok bangunan sakral peninggalan Hindu, seperti Cadi Gedungsongo maupun Candi Sewu.
Kerajaan-kerajaan Hindu-Buddha di Indonesia meninggalkan beberapa prasasti yang sebagian besar berhuruf Pallawa dan berbahasa Sanskerta. Dalam perkembangan selanjutnya bahkan hingga saat ini, bahasa Indonesia memperkaya diri dengan bahasa Sanskerta itu. Kalimat atau kata-kata bahasa Indonesia yang merupakan hasil serapan dari bahasa Sanskerta, yaitu Pancasila, Dasa Dharma, Kartika Eka Paksi, Parasamya Purnakarya Nugraha, dan sebagainya.
Mata pencaharian penduduk pada masa Hindu-Budha, antara lain pertanian, beternak, dan berdagang.
Wujud penerapan teknologi di Indonesia yang mengambil dari budaya Hindu-Buddha adalah dalam hal pembuatan candi. Candi di Indonesia dibuat melalui teknologi yang dimuat dalam Kitab Silpasastra, yaitu sebuah kitab pedoman pembuatan candi di India.

Zaman Prasejarah

PRASEJARAH
BAB PALEOLITIKUM

    Pada masa pra aksara atau bisa juga disebut sebagai jaman masa prasejarah berlangsung pada abad ke-3 Masehi, dan masa atau kehidupan dimana manusia belum mengenal tulisan. Manusia yang hidup pada jaman ini bisa disebut manusia purba. Peninggalan yang ditinggalkan pada saat masa purba yaitu berupa fosil, tumbuhan, dll. Pada masa Abad ke-4 manusia telah mengenal tulisan.
    Pada zaman paleolitikum berlangsung kira-kira pada masa pleistosen awal, sekitar 600.000 tahun yang lalu. Pada zaman paleolitikum manusia memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berburu. Fosil-fosil yang ditinggalkan pada zaman ini, seperti : Homo Wajakensis, Meganthropus paleojavanicus, Homo Erectus dan Homo Soliensis.
Ciri-ciri dari manusia purba yaitu :
- Nomaden. Pada zaman ini manusia hidup berpindah-pindah mereka tidak memiliki tempat tinggal yang tetap.
- Hidup berkelompok
- bergantung dengan alam sekitar.
1.     Kepercayaan

    Kepercayaan yang dianut pada saat zaman paleolitikum yaitu Animisme dan Dinamisme. Animisme yaitu suatu kepercayaan manusia yang sudah dikenal pada zaman paleolitikum yang berarti percaya terhadap roh-roh yang mempunyai kekuatan ghaib. Sedangkan Dinamisme adalah suatu kepercayaan yang diyakini oleh manusia pada zaman purba yaitu dengan cara menyembah benda-benda yang memiliki kekuatan ghaib.

2.     Sistem Kemasyarakatan

    Pada Zaman Paleolitikum sistem kemasyarakatannya yaitu hidup secara berkelompok. Kehidupan pada zaman ini sangat bergantung kepada alam. Mereka memilih untuk bertempat tinggal di gua-gua, hutan ataupun di pinggiran sungai. Manusia purba memenuhi kebutuhan hidupnya dengan cara berburu. Mereka akan berburu ke sungai-sungai atau hutan yang dekat dengan mereka tinggal.

3.     Sistem Pengetahuan

    Sistem pengetahuan pada Zaman Paleolitikum mengenai pengetahuan masih sederhana bahkan mereka belum juga mengenal tulisan. Pada saat itu dimana masyarakat masih menggunakan alat dari batu untuk mengerjakan kebutuhan sehari-harinya dan batu tersebut masih kasar belu pernah diasah ataupun dipoles. Pada saat ini pengetahuan sangat tidak begitu diperhatikan karena pada saat ini manusia hidup hanya bertujuan untuk mempertahankan dirinya.

4.    Kesenian / Kebudayaan

    Ditemukan beberapa peninggalan pada Zaman Paleolitikum yaitu :

1. Kebudayaan Pacitan
     Kebudayaan Pacitan itu ditandai dengan ditemukannya kapak genggam di daerah Pacitan tahun 1935 oleh Von Koenigswald.

2. Kebudayaan Ngandong
    Kebudayaan Ngandong adalah kebudayaan manusia pada masa prasejarah yang berkembang di daerah Ngandong. Kebudayaan ini berkembang di Zaman Paleolitikum atau zaman batu tua. Kebudayaan ini dicirikan dengan penggunaan tulang yang umumnya berasal dari tulang binatang yang berukuran sedang hingga besar. Di Kebudayaan Ngandong, banyak ditemukan artefak berupa kapak genggam dari batu, flakes ( alat-alat serpih berukuran kecil yang terbuat dari tulang).

5.     Bahasa

    Bahasa yang digunakan pada Zaman Paleolitikum adalah bahasa tubuh. Pada saat itu masyarakatnya berkomunikasi dengan menggunakan bahasa tubuh atau bahasa isyarat dan juga mereka berkomunikasi dengan menggunakan gambar. Sehingga banyak terdapat gambar atau symbol-simbol yang ada pada gua. Dari situlah bisa ditunjukkan bahwa pada Zaman Paleolitikum cara berkomunikasinya tidak hanya menggunakan bahasa
isyarat melainkan dengan melalui gambaran pada dinding tembok.

6     Mata Pencaharian

    Pada Zaman Paleolitikum ini masyarakatnya sebagian besar bermata pencaharian berburu dan meramu makanan tingkat sederhana. Pada masa ini manusia purba masih hidup secara nomaden. Oleh sebab itu pada masa ini manusia hanya melakukan mata pencahariannya dengan cara berburu dan mengumpulkan makanan dari hasil alam. Alat-alat yang digunakan untuk berburu adalah alat yang masih sederhana.

Teknologi

    Di zaman paleolitikum atau zaman batu tua, kebudayaan dan teknologi menjadi sangat penting sebagai sarana untuk mempertahankan kelangsungan hidup manusia dan ini dimungkinkan oleh perkembangan evolusi otak manusia yang semakin baik. Perkambangan teknologi pada masa Paleolitikum adalah alat penetak yang cara pembuatannya dengan memukul beberapa lempengan dari sebuah batu  kali kepada sebuah batu besar yang berguna untuk melepaskan kepingan- kepingan tersebut.